Mimpi Hari Ini Adalah Kenyataan Esok Hari---------------------. Kita Adalah Da'i Sebelum Menjadi Apapun------------. Jangan Pernah Lelah sampai Kelelahan Itu sendiri Kelelahan Mengejarmu----------------

Selasa, 08 Februari 2011

Radikalisme dan Islamophobia

oleh: Maulana

Radikalisme sesungguhnya banyak menjangkiti berbagai agama dan aliran-aliran sosial, politik, budaya dan ekonomi di dunia ini. Tetapi dalam masa perang dingin, yang menjadi ruang pergunjingan di dunia ialah apa yang diistilahkan dengan radikalisme Islam.

Isu sentral dalam pergunjingan ini adalah munculnya berbagai gerakan “Islam” yang menggunakan berbagai bentuk kekerasan dalam rangka perjuangan untuk mendirikan “Negara Islam”. Arus informasi sedang dikendalikan dan dikontrol oleh barat dan sekutunya, guna menebarkan wabah Islamophobia diseluruh penjuru dunia dengan berbagai macam cara, salah satunya dengan cara mem-blow up media yang berkaitan dengan aktifitas yang notabene kelompok Islam garis keras, yang ini digeneralisir bagi umat Islam pada umumnya.

Fenomena inilah sesungguhnya sudah banyak difahami oleh berbagai masyarakat muslimin. Tetapi banyak pula pihak yang merasa kebingungan dalam merespon berbagai fenomena tersebut, berhubung tumbuh suburnya mentalitas ketidak berdayaan serta rendah diri berhadapan dengan superioritas barat dan sukutunya.
Disadari atau tidak—bagi umat muslim pada umumnya—, Amerika dan sekutunya mengetahui orang Islam, apabila sudah bertekat untuk berjihad di jalam Allah, maka mereka tidak takut mati. Hal inilah yang menyebabkan Amerika dan sekutunya tidak berani perang fisik secara langsung, namun mereka akan memerangi umat muslim melalui jalur; sosial, budaya, ekonomi, politik maupun pemikiran.

Gerakan Islamo Phobia dan akibatnya
Faktor eksternalumat islam, ikt berpengaruh besar dalam menumbuh suburkan semangat radikal ekstrim di kalangan umat Islam. Diantara faktor eksternal tersebut ialah

gerakan Islamo Phobia yang melancarkan aksi de-islamisasi dengan pola sinergis:
1) Menjauhkan umat Islam dari ilmu agama dengan menyibukkan mereka di seputar ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Seolah-olah belajar agama berartitidak belajar iptek dan belajar iptek berarti tidak belajar agama. Upaya yang demikian ini sangat strategis dalam menciptakan kondisi mengambang di kalangan umat Islam terhadap agama mereka.

2) Mengkondisikan pemerintah Negara-negara Islam untuk terus menerus curiga dan ketakutan dari ancaman “bahaya Islam”. Sehingga pemerintah selalu bertindak represif dalam memberangus aspirasi keagamaan umat Islam.

Dua pola gerakan tersebut bagaikan pupuk penyubur tumbuhnya gerakan-gerakan radikal ekstrim yang berlabel Islam. Sebab berbagai gerakan radikal ekstrim tersebut akan sangat laku dijual dikalnagn umat Islam yang mempunyai semangat agama tetapi jauh dari ilmu agama dan gerakan tersebut akan dapat dielimir dengan bangkitnya semangat belajar ilmu agama. Berbagai ketidakpuasan terhadap sikap pemerintah yang terus menerus mencurigai umat Islam akan menjadi isu pemicu semangat pelawanan umat Islam yang tidak dibimbing ilmu agama dengan model perlawanan yang radikal ekstrim tersebut.

Isu radikalisme Islam sesungguhnya bukanlah dari umat Islam, akan tetapi darisalah satu bentuk Islamo Phobia yang terus menerus dilancarkan Barat dalam rangka semangat perang salib dan imperialisme modern. Radikalisme bahkan diistilahkan bid’ah dholaalah (penyimpangan yang sesat). Oleh karena itu, pemerintah Negara-negara Islam hendaknya jangan terus menerus memerankan diri sebagai kuda tunggangan bagi berbagai kepentingan Barat yang salibis dan zionis itu.

Semangat mempelajari Islam dengan sungguh-sungguh, dengan tanpa mengurangi semangat mempelajari iptek, harus dibangkitkan dikalangan umat Islam untuk mengurangi tumbuhnya semangat radikalisme ekstrim.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

------------------------------------------------------------------------------------------------