Mimpi Hari Ini Adalah Kenyataan Esok Hari---------------------. Kita Adalah Da'i Sebelum Menjadi Apapun------------. Jangan Pernah Lelah sampai Kelelahan Itu sendiri Kelelahan Mengejarmu----------------

Jumat, 18 Februari 2011

Televisi dan Pembodohan Massal

Jebulle (bag. 1)
Televisi dan Pembodohan Massal
Oleh: Teguh Estro

Siapa sangka kini televisi telah menjadi ‘monster’ yang membahayakan. Sajian tontonan yang tersaji kian menyesatkan alam bawah sadar pemirsa. Ada banyak efek negatif televisi yang bisa membuat penonton ‘lumpuh’ otaknya. Mulai dari otak kanan, otak kiri hingga otak reptil manusia. Jika kelumpuhan tersebut telah akut maka bisa mempengaruhi perilaku yang menyimpang. Dan di sisi lain televisi juga telah menebar ancaman sebuah budaya baru bagi peradaban manusia. Maka dari itu bisa dikatakan hadirnya televisi adalah kejahatan yang bersifat laten. Hampir di semua program yang ada di televisi memiliki tehnik sendiri dalam mempengaruhi alam bawah sadar manusia. Mulai dari pengaturan artis yang tampil, manajemen jam tayang hingga metode penyampaian pesan yang bersifat brain destroy. Pertanyaanya adakah konspirasi di balik penyetingan agenda media ini…?

Baiklah, coba kita mulai dari yang paling mendesak untuk dijelaskan. Memang secara fisik televisi terlihat hanya menyajikan suara dan gambar yang bergerak saja. Dan kesemuanya tampak normal-normal saja tanpa ada sesuatu yang harus dicurigai. Namun hati-hatilah, ada satu hal yang terlupakan yang menjadi datangnya marabahaya. Bahwasannya suara dan gambar yang tersajikan tersebut tertangkap oleh indra manusia. antara lain indera penglihatan dan indera pendengaran yang memiliki hubungan kepada otak melalui jaringan saraf. Dan perlu diketahui bahwa otak manusia adalah perekam memori yang paling ‘lugu’. Sehingga seberapapun informasi yang masuk, akan tertampung tanpa filter.

Jaringan saraf mampu menghantarkan pesan suara dan gambar dari televisi menuju otak dengan begitu cepat dibawah hitungan detik. Sehingga hampir mustahil otak manusia bisa memfilter pesan yang datang begitu cepat. Masalahnya bagaimana jika pesan yang diterima berupa tayangan buruk. Dan jujur saja, saat ini messages yang tertampilkan dari TV hampir kesemuanya dalam status ‘WASPADA’ lantaran berdampak negatif. Bayangkan saja jika tayangan buruk di televisi muncul dalam waktu yang lama dan terus-menerus. Sehingga wajar jika alam bawah sadar manusia menganggap ‘Lazim’ norma yang menyimpang.

Begitu banyak program televisi yang bisa kita amati. Semisal program sinetron yang sangat memprihatinkan. Hampir semua sinema di Indonesia memiliki alur cerita yang mirip-mirip dan sangat kacangan alias ora mutu. Dan tampaknya sengaja memang diulang-ulang sampai penonton hafal ceritanya. Kesengajaan ini bukanlah tidak memiliki tujuan. Tidak lain kesemuanya bermaksud untuk penanaman nilai baru di kalangan masyarakat. Tidakkah kita sadar, kenapa sinetron-sinetron selalu menampilkan gadis seksi nan glamour. Entah dia berperan sebagai antagonis maupun protogonis. Begitu juga kenapa setting ceritanya kebanyakan di rumah mewah. Dan dalam alur ceritanya seolah disetting agar sering muncul percek-cokan mulut, perkataan kasar dalam keluarga. Bahkan seorang anak kecil yang membentak orang tua seolah biasa dalam sinetron. Nah, hal itulah yang dimaksudkan dengan penanaman nilai baru di masyarakat. Karena dilakukan secara perlahan dan terus-menerus, wajar saja bila banyak pemirsa yang tak sadar telah termakan racun TV. Seandainya gejala semacam ini hanya ada dalam satu sinetron saja maka itu bisa masih bisa diatasi. Namun anehnya hampir di semua channel Televisi menawarkan sinetron-sinetron ‘jahat’. Harapannya dengan pengulangan sinetron-sinetron ‘jahat’ itu masyarkat bisa mentolerir penyimpangan. Lihat saja saat ini para wanita muda berpakaian minim bukan lagi hal yang tabu. Bahkan para orang tua zaman sekarang sudah hilang kepekaannya terhadap perilaku tersebut. Atau jangan-jangan para orang tua pun telah menjadi korban televisi.

Sinetron-sinetron ‘jahat’ juga telah mengkampanyekan budaya syahwat secara perlahan. Berawal sejak menentukan tokoh protagonis (tokoh/peran sbg org baik). Tampaknya terdapat unsur kesengajaan dalam mengambil peran protogonis dari artis yang berlabel ‘artis panas’. Sebut saja Dewi persik, Julia perez, Cinta laura ataupun Luna maya. Tujuannya adalah agar mereka menjadi idola baru yang layak dijadikan panutan. Sehingga sejelek apapun perilaku sang idola di luar layar bisa dijadikan gaya hidup baru untuk diikuti.

Bersambung……..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

------------------------------------------------------------------------------------------------