Mimpi Hari Ini Adalah Kenyataan Esok Hari---------------------. Kita Adalah Da'i Sebelum Menjadi Apapun------------. Jangan Pernah Lelah sampai Kelelahan Itu sendiri Kelelahan Mengejarmu----------------

Selasa, 08 Februari 2011

Surat Untuk Demonstran

Oleh: Syaiful Hamid Ontro

Beberapa waktu yang lalu marak terjadi aksi demonstrasi yang digelar oleh berbagai elemen gerakan mahasiswa dan masyarakat umum. Mereka menuntut agar segera dituntaskannya kasus bank Century lantaran diduga melibatkan banyak petinggi di negeri ini. Termasuk wakil presiden Budiono dan menteri keuangan Sri Mulyani itu.
Aksi demonstrasi terjadi tidak hanya di Jakarta, namun juga diberbagai daerah di Indonesia. Dalam sistem pemerintahan demokratis, masyarakat memang boleh menyuarakan pendapatnya dengan berbagai cara termasuk salah satunya dengan melakukan demonstrasi. Namun yang perlu disayangkan adalah mengapa dalam aksi tersebut sering terkotori dengan anarkisme jalanan. Semisal, Kejadian di Jakarta beberapa waktu lalu. Para massa demonstran meluapkan kekesalan mereka dengan melempar batu dan menghabisi fasilitas-fasilitas umum tanpa kompromi. Halaman depan Gedung DPR RI tak ubahnya ring gulat bagi masa aksi. Padahal tujuan utama dari aksi tersebut untuk meyuarakan kebenaran, bukan untuk merusak. Apalagi sampai mengganggu aktivitas warga.

Hal serupa terjadi di Makasar. Sekelompok mahasiswa malah terlibat bentrok dengan aparat dan juga warga sekitar yang merasa terganggu aktivitasnya karena ulah para demonstran. Sangat aneh jika niat untuk membela kebenaran dan membela rakyat malah membuat rakyat jengkel. Maka yang diperlukan adalah kearifan para teman-teman mahasiswa dalam menyurakan pendapat. Jangan hanya mudah terprovokasi oleh hal-hal yang menyababkan gesekan. Akibat dari perilaku anarkis para mahasiswa tersebut, alih-alih mendapat simpati dari masyarakat yang ada hanyalah anggapan mereka terhadap para aktivis yang negatif. Mereka (baca: masyarakat) mungkin akan menilai bahwa para aktivis mahasiswa merupakan kumpulan mahasiswa beringas yang ‘doyan’ rusuh. Akibatnya, masyarakat tidak lagi percaya kepada kita untuk membela hak-hak mereka.
Mahasiwa merupakan kumpulan manusia-manusia yang mempunyai intelektualitas yang tinggi. Mahasiswa bukanlah preman yang menyelesaikan masalah hanya dengan otot, tapi dengan cara-cara yang beradab. Banyak cara yang dapat dilakukan agar setiap aksi yang digelar mendapat perhatian publik. Misalnya dengan menggelar aksi teatrikal yang di dalamnya menggambarkan keadaan yang ingin dirubah. Namun jangan hanya mahasiswa yang dipersalahkan, tapi juga harus melihat kepada aparat kaemanan yang bertugas. Apakah sudah sesuai prosedur atau belum dalam melakukan pengamanan. Aparat yang cenderung bertindak represif juga pastinya akan memicu terjadinya perlawanan yang berujung pada bentrokan.

Sinergitas antara demonstran dan aparat kepolisian juga diperlukan dalam menuntaskan fenomena ini. Harus ada rasa saling menjaga diantara kedua belah pihak. Aparat mungkin lebih bisa memberikan ruang gerak terhadap mahasiswa untuk menyuarakan pendapatnya. Dan juga mahasiswa agar juga memberikan timbal balik dengan cara menjaga ketertiban dalam setiap aksi. Peran ‘suci’ mahasiswa senyatanya kudu dibungkus dalam aksi yang lebih elegan dan efektif. Jika kaum intelektual saja bertingkah layaknya kaum jahili, maka jangan heran jika masyarakat awam justru tertawa geli.

Kekerasan bukan suatu jalan dalam menyelesaikan masalah di negeri ini. Kekerasan hanya akan menambah keterpurukan bagi bangsa. Ingat, ibu pertiwi telah begitu lama menyimpan luka. Jangan sampai luka itu bertambah hanya karena nafsu angkara murka. Demokrasi tak akan pernah ditegakkan di negeri ini hanya dengan kekerasan tapi diperlukan kedewasaan dan juga persatuan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

------------------------------------------------------------------------------------------------